Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.
Khutbah Jum’at
الْحَمْدُ
لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَنْزَلَ القُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالفُرْقَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِله
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ )الرَّحْمَنُ عَلَّمَ القُرْآنَ(
وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُؤَيَّدُ
بِالمُعْجِزَاتِ وَالبُرْهَانِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آله
وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ جَاهَدُوُا فِيْ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ
بِالْمَالِ وَاللِّسَانِ وَالسِّنَانِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا،
أمََّا بَعْدُ؛ أيَُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوْا اللهَ وَتَأَمَّلُوْا كِتَابَ
رَبِّكُمْ فَفِيْهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ وَشِفَاءُ الصُّدُوْرِ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala
yang telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia serta
pembeda antara yang benar dan yang salah. Saya bersaksi bahwasanya tidak
ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar kecuali Allah
Subhanahuwata’ala semata dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, serta
seluruh kaum muslimin yang senantiasa mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada
Allah Subhanahuwata’ala dengan senantiasa bersemangat dalam membaca
dan mentadaburi kitab-Nya yaitu al-Qur’an. Dengan mentadaburi saat
membacanya, seseorang akan mendapatkan berbagai keutamaan yang sangat
besar dan banyak.
Oleh karena itu, pada kesempatan khutbah
kali ini, kita ingin mentadaburi dan mengambil sebagian faedah yang
terkandung di dalam surat al-‘Ashr.
وَالْعَصْرِ
() إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ () إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia
itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh serta nasihat menasihati untuk mengikuti
kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr)
Sungguh, surat yang pendek, namun
mengandung pelajaran yang sangat berharga. Bahkan, sebagaimana tersebut
dalam Tafsir Ibnu Katsir, al-Imam asy- Syafi’i rahimahumullah dengan kedalaman ilmunya, beliau mengatakan tentang surat ini,
لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ، لَوَسِعَتْهُمْ
“Kalaulah manusia mau mentada buri suratini, sungguh (suratini) akan mencukupi mereka( sebagai -peringatan).”
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Tiga ayat, terkandung di dalamnya
penjelasan tentang sebab-sebab untuk memperoleh kebahagiaan sekaligus
tersirat di dalamnya sebab-sebab yang akan mendatangkan kerugian.
Penjelasan yang tentu sangat dibutuhkan oleh manusia, karena setiap
orang yang berakal tentu menginginkan keberuntungan dantidak ingin
mengalami kerugian.
Akan tetapi, tidak tahu dengan pasti apa
sesungguhnya hal-hal yang akan membawa dirinya kepada keberuntungan dan
selamat dari kerugian. Oleh karena itu, turunnya surat ini adalah
nikmat Allah Subhanahuwata’ala yang sangat besar bagi hambahamba- Nya.
Allah Subhanahuwata’ala menjelaskan sebab-sebab yang akan membawa
keberuntungan dan hal-hal yang akan membawa kepada kerugian dalam surat
yang pendek dan telah dihafal, baik oleh yang tua maupun yang muda,
bahkan yang masih anak-anak sekalipun, baik penuntut ilmunya maupun yang
awam dari mereka.
Dengan demikian, orang-orang yang
menginginkan keberuntungan pun akan mendapatkannya, jika dia mau
mengamalkannya. Di samping itu, dengan turunnya surat ini maka telah
tegak pula peringatan Allah Subhanahuwata’ala bagi para hamba-Nya.
Hadirin rahimakumullah,
Dalam surat ini, Allah Subhanahuwata’ala
bersumpah dengan waktu dan tidak ada satu pun yang bisa menghalangi-Nya
untuk bersumpah dengan apa yang dikehendaki-Nya. Disebutkannya waktu
untuk bersumpah, mengingatkan kita akan besarnya nilai waktu dan
mengingatkan kita untuk mengambil pelajaran dari kejadian dan peristiwa
yang terjadi di muka bumi ini.
Allah Subhanahuwata’ala bersumpah dengan
waktu dalam surat ini, untuk menyatakan bahwa jenis manusia siapa pun
dia, berada dalam kerugian di dunia dan akhirat. Apakah dia seorang
penguasa ataupun masyarakat, baik yang kaya maupun yang miskin, yang
alim maupun yang awam, dan baik pria maupun wanita.
Semua terancam kerugian, kecuali yang
menggunakan waktu dan kesempatan yang diberikan oleh Allah
Subhanahuwata’ala di dunia ini untuk melakukan empat perkara: iman, amal
saleh, saling berwasiat untuk menegakkan kebenaran, dan saling
berwasiat untuk sabar.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Iman yang dimaksud bukanlah sekadar
pengakuan ataupun membenarkan dalam hati. Namun, iman adalah membenarkan
dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota
badan. Maka dari itu, seseorang yang telah mengucapkan dua kalimat
syahadat harus mewujudkannya dalam amalan dengan berlepas diri dari
perbuatan syirik dan mengarahkan seluruh jenis ibadah yang dilakukannya
hanya kepada Allah Subhanahuwata’ala.
Adapun sekadar ucapan dengan lisan atau
mengaku beriman semata tidaklah menjadikan dirinya sebagai orang yang
telah beriman. Begitu pula amal, tidaklah semua amal dikatakan saleh
melainkan jika dilakukan dengan ikhlas karena Allah Subhanahuwata’ala
semata, bersih dari seluruh jenis syirik dan dilakukan dengan mencontoh
Rasulullah n, bersih dari bid’ah atau membuat ibadah yangtidak ada
tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, dalam surat ini
sesungguhnya ada perintah untuk menuntut ilmu karena seseorang tidak
akan benar iman dan amalnya kecuali kalau didahului dengan ilmu. Jadi,
sungguh sangat memprihatinkan apa yang dilakukan oleh banyak orang yang
beramal mengharapkan pahala dan kenikmatan jannah atau surga, namun
justru menjauhkan dirinya dari Allah Subhahuwata’ala dan kenikmatan yang
dijanjikan-Nya, serta menjatuhkan dirinya pada siksa- Nya di neraka
karena amalan yang dilakukannya tidak memenuhi syarat untuk disebut
dengan amal saleh.
Hal ini sebagai yang disebutkan oleh sebagian sahabat tentang makna dari firman Allah Subhanahuwata’ala,
وُجُوهٌ
يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ () عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ () تَصْلَىٰ نَارًا
حَامِيَةً () تُسْقَىٰ مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ () لَّيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ
إِلَّا مِن ضَرِيعٍ () لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِن جُوعٍ
“Banyak muka pada hari turtunduk
terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas
(neraka),diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. Mereka
tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak
menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (al-Ghasyiyah: 2—7)
Demikianlah keadaan orang yang beramal tanpa ilmu, dia tidak petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam melakukannya. Telah bersusah payah di dunia namun justru an-naar
dan siksa Allah Subhanahuwata’ala yang ditemuinya di akhirat kelak.
Kalau yang beramal namun tidak memenuhi syarat diterimanya amalan
demikian keadaannya, lantas bagaimana keadaan orang yang memang tidak
mau beramal dan disibukkan dengan dunianya sehingga melupakan amalan
untuk akhiratnya?
Bagaimana keadaan orang yang hidupnya di
dunia seakan-akan seperti hidup seekor hewan yang hanya memuaskan hawa
nafsu dan syahwatnya sehingga tidak mendirikan shalat, menunaikan zakat,
dan semisalnya, serta tidak menjaga dirinya dari terjatuh kepada yang
haram dan tidak berhenti dari kemaksiatan?
Hadirin rahimakumullah,
Adapun perkara yang ketiga yaitu saling
mengingatkan dalam kebenaran, maksudnya adalah melakukan amar ma’ruf
nahi mungkar dan dakwah mengajak kepada Allah Subahanahuwata’ala dengan
hikmah atau yang semisalnya.
Artinya, seseorang tidak cukup untuk
sekadar memperbaiki diri dengan menuntut ilmu dan mengamalkannya, namun
dia juga harus memperbaiki orang lain. Adapun sekadar memperbaiki diri
sendiri, maka dia belum tergolong sebagai orang-orang yang beruntung. Di
samping itu, dia pun belum mewujudkan iman yang sesungguhnya karena
seseorang tidak sempurna imannya sampai dia mencintai saudaranya
sebagaimana mencintai dirinya sendiri, sehingga dia pun akan memperbaiki
saudaranya sebagaimana dia menginginkan hal itu untuk dirinya.
Hadirin rahimakumullah,
Perkara keempat yang harus dipenuhi
untuk menjadi orang yang beruntung setelah tiga perkara yang telah
disebutkan adalah saling menasihati untuk senantiasa menjadi orang yang
bersabar. Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah
Subhanahuwata’ala, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, dan sabar dalam
menerima ketetapan-ketetapan Allah Subhanahuwata’ala atas dirinya.
Penyebutan saling mengingatkan untuk sabar setelah saling mengingatkan
untuk mengajak kepada kebenaran karena seseorang yang berusaha untuk
memperbaiki orang lain dengan melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan yang
semisalnya, tentu akan menghadapi rintangan.
Rintangan tersebut bisa berupa ejekan
atau bahkan tindakan fisik. Apabila tidak bersabar, tentu seseorang akan
berhenti dalam melakukan amar ma’ruf nahi munkar atau dalam menasihati
orang lain. Padahal kewajiban amar ma’ruf nahi munkar ini semestinya
harus terus berjalan. Lihatlah bagaimana nasihat Luqman kepada putranya
sebagaimana disebutkan oleh Allah Subhanahuwata’ala dalam firman-Nya,
يَا
بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ
الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ
الْأُمُورِ
“Wahai anakku, dirikanlah shalat
dan perintahlah (manusia) untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar, serta bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman: 17)
Oleh karena itu, orang yang tidak
memiliki kesabaran tentu tidak akan bisa memperbaiki orang lain. Bahkan,
dia pun tidak akan kuat untuk memperbaiki dirinya sendiri. Jadi, sabar
memiliki kedudukan yang tinggi dalam ajaran Islam. Bahkan, sahabat ‘Ali radhiyallahu anhu mengatakan,
الصَّبْرُ مِنَ الْإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ
“(Kedudukan) sabar dalam iman bagaikan kedudukan kepala dalam badanmanusia.” (Syarh UshulI’tiqad, al-Lalikai)
Akhirnya, sungguh surat al-‘Ashr ini
memiliki kandungan yang sangat besar. Mudah-mudahan Allah
Subhanahuwata’ala senantiasa memberikan taufik-Nya sehingga kita
senantiasa bersungguh-sungguh dalam mentadaburi ayat-ayat-Nya serta
diberi kemudahan untuk memahami dan mengamalkannya.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ
لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً
لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُوْرًا، وَأَشْهَدُ أَن
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى عَمَّا يَقُوْلُ الظَّالِمُوْنَ عُلُوًّا كَبِيْرًا، وَأَشْهَدُ
أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا
وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ بإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا،
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا، أمََّا بَعْدُ: أيَُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوْا اللهَ تَعَالى
وَاحْفَظُوْا أَوقَاتَكُمْ مِنَ الضِّيَاعِ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa
bertakwakepada Allah Subhanahuwata’ala dengan memanfaatkan
kesempatan hidup di dunia ini untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya
sebelum datangnya hari yang penyesalan tidak lagi bermanfaat. Allah
Subhanahuwata’ala berfirman,
يَا
بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ
الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ
الْأُمُورِ () أَوْ تَقُولَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ هَدَانِي لَكُنتُ مِنَ
الْمُتَّقِينَ () أَوْ تَقُولَ حِينَ تَرَى الْعَذَابَ لَوْ أَنَّ لِي
كَرَّةً فَأَكُونَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Supaya jangan ada orang yang mengatakan,
“Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban)
terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang
memperolok-olokkan (agama Allah).”Atas uupaya jangan ada yang
berkata,“Sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk
orang-orang yang bertakwa.” Atau supaya jangan ada yang berkata ketika
ia melihat azab, “Kalau sekiranya aku dapat kembali (kedunia),
niscayaaku akan termasuk orang-orangber buat baik.” (az-Zumar: 56—58)
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita menggunakan waktu
dan kesempatan yang Allah l berikan kepada kita dengan sebaikbaiknya.
Sudah semestinya bagi kita semua untuk menjaganya lebih dari upaya kita
dalam menjaga harta yang kita miliki. Mudah-mudahan Allah l memberikan
berkah pada umur yang telah ditetapkan atas kita semua.__
Tidak ada komentar:
Posting Komentar